Senin, 01 Agustus 2011

Sejarah Perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

expr:id='"post-body-" + data:post.id'>
1. Pengertian Sejarah-Perjuangan-HMI

a. Sejarah
“ ...Pelajaran dan pengetahuan tentang perjalanan masa lampau umat manusia mengenai apa yang dikerjakan, dikatakan, dipikirkan oleh manusia masa lampau untuk menjadi cerminan dan pedoman berupa pelajaran, peringatan, kebenaran, bagi masa kini dan mendatang untuk mengukuhkan hati manusia...” (Prof. Dr. H. Agussalim Sitompul)

“Pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau” (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

b. Perjuangan
Perjuangan adalah suatu kesungguhan yang disertai usaha yang teratur, tertib, dan berencana untuk mengubah suatu kondisi yang buruk menuju kondisi yang baik sebagaimana kita kehendaki menuju keridlaan Allah SWT.

c. HMI
Sebuah organisasi yang diprakarsai berdirinya oleh Lafran Pane yang didirikan di Yogyakarta tanggal 5 februari 1947.

2. Latar belakang munculnya pemikiran dan berdirinya HMI

2.1. Situasi Dunia Internasional
Islam merupakan agama yang sangat berpengaruh. Kekuatan yang dimilikinya bahkan hampir menaklukan seluruh dunia. Namun, sejak Rennaisance Islam mengalami kemunduran. Salah satu penyebab kemunduran ini adalah karena umat Islam terlena dengan keadaan yang menaungi mereka. Keadaan, yang dapat dibilang klimaks, ini menyebabkan umat Islam malas berpikir. Di sinilah awal kemunduran tersebut.
Dampak dari kemunduran tersebut terasa diseluruh dunia. Pertama-tama adalah berkurangnya wilayah yang dikuasai oleh kerajaan Islam. Seperti sebagian besar wilayah Eropa. Kedua adalah kebudayaan Islam yang mulai kehilangan pengaruhnya. Akibatnya adalah sirnanya pernak-pernik kebudayaan Islam di dalam kehidupan masyarakat di seluruh dunia. Dan, makin kuatnya perngaruh kebudayaan barat. Yang ketiga adalah tertinggalnya pemikiran Islam. Akibatnya umat Islam sering dicap sebagai umat yang bodoh. Padahal pada awalnya Islamlah yang sangat maju pengetahuannya. Karena malas berpikir, akhirnya malah terpuruk.
Kemunduran tersebut berlangsung hingga saat ini. Meskipun jika menilik kondisi sekarang ini Islam mulai kembali menggeliat. Tetapi, memang belum maksimal. Belum mencapai puncak kejayaannya kembali.



2.2. Situasi Dalam Negri (NKRI)
a. Penjajahan Belanda atas Indonesia dan tuntutan perang kemerdekaan.
            Kedatangan Cornellis De Houtman (1596) ke bumi Nusantara membawa tiga hal, yaitu penjajahan, misi (Zending), dan peradaban barat. Ketiga hal tadi membawa banyak dampak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di Nusantara.
  1. Aspek Politik
Penjajahan membuat Indonesia terbelakang dalam hal politik. hal tersebut disebabkan terisolasinya kerajaan-kerajaan di Nusantara dengan pihak asing selain bangsa Belanda. Karena itu soal pemahaman politik masyarakat Nusantara dapat dikatakan sangat kurang dan hanya bergantung kepada Belanda. Kalaupun ada masyarakat asing yang berhubungan, itupun hanya sebatas perdagangan. Dan mengenai kebebasan dalam melakukan kontak pun sangat di atur dan di batasi sedemikian rupa.
  1. Aspek Pemerintahan
Untuk lebih menanamkan cengkeraman Belanda di Asia dan di Nusantara pada khususnya, diciptakanlah Jabatan Gubernur Jenderal. Ini berarti bahwa Nusantrara secara langsung berada di bawah kekuasaan kerajaan Belanda. Kemudian, dibangun pula pusat-pusat militer dan administrasi. Inilah yang menjadi dasar terbangunnya Kerajaan Belanda di Indonesia.
  1. Aspek Hukum
Sebagai pihak yang terjajah, mau tidak mau, hukum yang di pakai di Nusantara pun harus mengikuti kehendak si penjajah. Sekalipun, peraturan yang digunakan tidak sesuai dengan kondisi sosiologis masyarakatnya. Orang-orang Islam diperlakukan secara diskriminatif. Tetapi, berbeda halnya dengan penganut Kristen yang kebanyakan merupakam bangsa Belanda atau Barat.
  1. Aspek Pendidikan
Belanda mengimplementasikan gaya pendidikan Barat di Nusantara. Meskipun, kembali, gaya pendidikan seperti ini kurang sesuai dengan gaya Nusantara. Terdapat ketidakadilan dalam berjalannya proses pendidikan ini. yang diutamakan mendapat pendidikan adalah mereka yang memihak Belanda. Artinya hanya orang-orang tertentu saja yang boleh menikmati pendidikan. Karena itu, masyarakat Nusantara semakin terbelakang dalam kebodohan.
  1. Aspek Ekonomi
Pembentukan VOC mengakibatkan perkenomian Nusantara dikuasai oleh Belanda. Ini merupakan kerugian yang amat sangat. Karena, kekayaan yang dimiliki Nusantara di ambil untungnya oleh penjajah. Akibatnya kaum Pribumi yang seharusnya menikmati kekayaan yang ada malah berkutat di kesengsaraan.
  1. Aspek Kebudayaan
Ada empat pengaruh besar yang mengakibatkan culture shock di masyarakat Nusantara, yaitu (1) Masuknya kebudayaan barat yang sangat bertolak belakang dengan kebudayaan Nusantara. (2) Masuknya paham Socialisme dan Komunisme. (3) Masuknya agama Kristen protestan dan Katholik. (4) Munculnya aliran Kebudayaan yang cenderung berhaluan sosialisme dan diwarnai aliran kebatinan kesusilaan (Hindia-Jawa).
  1. Aspek Keagamaan
Yang paling utama adalah masuknya agama Kristen yang mau tidak mau menimbulkan pertentangan. Seperti kita tahu, mayoritas masyarakat Nusantara adalah beragama Islam.

b. Kesenjangan dan kejumudan umat islam dalam pengetahuan, pemahamn, dan penghayatan serta pengamalan ajaran gama Islam
            Masyarakat Indonesia telah mengalami kejemuan dalam beragama. Hal ini tercermin dari alasan utama masyarakat memiliki agama. Agama hanya sebatas ritual. Mereka tidak mengerti apa makna sebenarnya dibalik bermacam-macam ritus keagamaan.
            Kemudian, pendidikan mulai terbengkalai. Mengapa? Belanda kuat. Sangat kuat, bahkan. Selain itu usaha yang dilakukan oleh masyarakat dalam memajukan kondisinya tidak maksimal sehingga akhirnya hasilnya pun tidak maksimal. Akibat penjajahan pula, masyarakat Indonesia menjadi terbelakang. Salah satunya di dalam kualitas dan metode pemikiran.
            Keterbelakangan dalam berpikiri ini menyebabkan keterpurukan dalam kesadaran dan pemahaman terhadap agama. Lafran Pane menilik masalah ini dan membagi umat Islam menjadi empat golongan. Yaitu Golongan Awam, golongan Mistik, golongan Alim Ulama, dan golongan Terpelajar.

c. Meningkatnya kebutuhan terhadap pemahaman, penghayatan kegamaan

d. Munculnya polarisasi politik
            pada akhir-akhir masa penjajahan Belanda. Ada dua pemikiran yang naik daun dalam masyarakat Indonesia, yaitu sosialisme dan Islam. Sosialisme diwakili oleh PKI dan Islam oleh Masyumi. Keduanya memiliki perbedaan dalam bertindak. PKI lebih mengutamakan diplomasi dalam perjuangannya. Sedangkan Masyumi cenderung menggunakan senjata.

e. Berkembangnya paham dan ajaran komunis
            Awalnya komunisme berkembang di Indonesia dari Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) atau perhimpunan sosial-demokrat Hindia yang dibentuk oleh Sneevliet. Kemudian, pada tahun 1920 ISV berubah nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Beberapa organisasi turunannya adalah Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY), dan Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI).

f. Kedudukan perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis
            Mahasiswa merupakan calon pemimpin masa depan. Karena itu kondisi suatu bangsa di masa datang dapat dilihat dari kondisi pendidikan generasi mudanya.

g. Kemajemukan Bangsa Indonesia
            Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan merupakan keindahan tersendiri. Namun di sisi lain, perbedaan menimbulkan bentrokan. Dan itulah yang dialami Indonesia. karena itu, menjadi tantangan tersendiri sebagai negara yang kaya dan majemuk untuk terus bersaing dengan perubahan yang terjadi.




h. Tuntutan modernisasi dan tantangan di masa depan
            Perubahan adalah Keniscayaan. Jika tidak berubah, maka hanya ada dua pilihannya, yaitu : tertinggal atau hancur. Mau tidak mau, kita harus mampu memodernisir dan meningkatkan segala potensi yang dimiliki.

3. Berdirinya HMI
            HMI berdiri secara resmi pada tanggal 13 rabiulawal 1366 H atau bertepatan dengan tanggal 5 februari 1947. Pada mulanya HMI didirikan, sekitar tigapuluh orang mahasiswa dari UGM dan STI, serta STT berkumpul dan berdiskusi. Namun, seringkali diskusi ini berujung tanpa hasil. Karena saat itu PMY menghalang-halangi. Kemudian, secara mendadak, tanggal 5 februari, Lafran Pane mengumpulkan orang-orang yang sepaham dengannya dan mendeklarasikan berdirinya HMI.
            HMI pada mulanya memiliki tujuan dasar untuk mempertahankan negara R.I. dan mempertinggi derajat rakyatnya serta menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam. Kedua tujuan awal ini kemudian terkristalisasi dalam satu tujuan utama, yaitu “ terbinanya insan akademis pengabdi, pencipta yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.”
            HMI memiliki pemikiran untuk mengintegrasi pemikiran ke-Islaman an ke-Indonesiaan yang bersatu di Pancasila.
            Kemudian, HMI memiliki karakteristik tertentu yang menonjol, yaitu memiliki Islam sebagai Azas, berwawasan Ke-Indonesiaan dan kebangsaan, dan bertujuan mencipatan lima kualitas insan cipta.

4. Faktor-faktor penghambat berdirinya HMI.
  1. Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta.
PMY merupakan organisasi yang beraliran kiri. Tentu hal ini sangat bertentangan dengan HMI yang memiliki Islam sebagai landasannya. Karena itu, PMY sangat tak setuju terhadap keberadaan HMI. Mereka pun mengkhawatirkan akan kehilangan kader dan pengaruh di dalam dunia pergerakan mahasiswa kala itu.
  1. Gerakan Pemuda Islam Indonesia.
Meski sama-sama Islam, pada mulanya GPII tidak menyetujui adanya HMI. GPII yang merupakan underbow Masyumi menganggap tidak pentingnya kehadiran organisasi  lain selain mereka.
  1. Pelajar Islam Indonesia.
PII pula merupakan “saudara” GPII. Sependapat dan senada dengan GPII, PII mempertanyakan kehadiran HMI. Namun, akhirnya GPII dan PII mau mengerti “bagian” masing-masing. Mereka sepakat bahwa GPII memiliki bagian dalam organisasi yang menyangkut pemuda Islam, sedangkan HMI di bagian Mahasiswa Islam, dan PII berkutat di sekitar Pelajar.

  5. Fase-fase perjuangan dan relevansinya dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia

  1. Fase Konsolidasi Spiritual dan Proses Berdirinya HMI (November 1946 – 5 Februari 1947)
  2. Fase berdiri dan pengokohan (5 Februari – 30 November 1947)
Fase ini banyak diisi dengan dibukanya beberapa cabang baru serta gencar-gencarnya merekrut anggota baru. Banyak cara dilakukan calam hal ini, seperti mengadakan pentas kesenian, ceramah-ceramah ilmiah, rekreasi, dan lain-lain.
  1. Fase perjuangan bersenjata dan perang kemerdekaan dan menghadapi PKI (1947-1949)
  2. Fase pembinaan dan pengembangan organisasi (1950-1963)
Setelah sibuk dalam konfrontasi fisik, HMI menyadari bahwa mereka telah melupakan pembinaan intelektual mereka. Karena itu, di fase ini HMI mulai berbenah. Beberapa cara yang dilakukan antara dengan membuka lebih banyak cabang di berbagai kota yang memiliki perguruan tinggi.
  1. Fase tantangan ronde I (1964 – 1965)
Berbagai tantangan melanda pada waktu orde lama berkuasa. Umpamanya adalah penguasa yang beraliran kiri.  Ini menimbulkan masalah karena penguasa didukung PKI yang memiliki tujuan khusus yang bertentangan dengan HMI. Di fase ini pula HMI berhadapan dengan kekuatan yang ingin HMI ini enyah.
  1. Fase kebangkitan (1966 – 1968)
  2. Fase partisipasi HMI dalam pembangunan (1969 – 1970)
HMI sebagai organisasi yang lahir dan tumbuh di era penuh pergolakan telah tiba di fase kejayaannya. HMI merupakan organisasi penyumbang pejabat-pejabt pemerintahan.
  1. Fase pergolakan (1970 – 1994 )
Meski HMI merupakan penyumbang tenaga dan pikiran paling besar dalam perkembangan pemerintahan Indonesia, bukan berarti ia memiliki langkah yang mudah. pada tahun 1986 HMI terpecah menjadi dua sebagai akibat pemaksaan azas tunggal Pancasila bagi setiap organisasi yang ada di Indonesia. ada pihak yang sepakat untuk ikut pemerintah dengan mengganti azasnya menjadi Pancasila dan dikenal sebagai HMI DIPO. Namun, ada pula yang tetap sepakat dengan azas Islam meski harus sembunyi-sembunyi dalam pergerakannya, yang dikenal sebagai HMI MPO (Majelis Penyelamat Organisasi). Namun, pada tahun 2000, beberapa tahun setelah pemerintah mencabut peraturan azas tunggal pancasila, kedua aliran dalam HMI ini kembali berkonsolidasi. Meskipun, tidak bersatu kembali. Tetapi keduanya berusaha menjalin silaturahmi.
  1. Fase reformasi (1995 – 1999)
HMI sangat kritis terhadap pemerintah orde baru. Sehingga, tak jarang aktivis-aktivisnya ada yang menghilang entah kemana. HMI turut serta dalam penurunan Soeharto. Bahkan, menjadi salah satu motor penggeraknya.
  1. Fase tantangan ronde II (2000 – sekarang )
    1. Tantangan Internal
n  HMI berjuang demi eksistensinya
n  Perumusan kembali pemikiran HMI
n  Merenungkan kembali peran HMI dalam pembangunan
n  Mengaudit efektifitas HMI
    1. Tantang Eksternal
n  Kondisi masyarakat yang telah jauh berbeda
n  Kondisi dunia yang menuntut modernisasi

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Entri Populer

Pengikut