Minggu, 14 Agustus 2011

Menyemai Gotong Royong


Tulisan ini berangkat dari kegundahan terhadap fenomena berbangsa-bernegara yang kian tercabik dan terberai. Disintegrasi menjadi penyakit laten yang belum terjawab, namun sudah menganga mengancam tali persatuan. Merebaknya saling curiga, membudayanya saling hujat, nihilnya saling percaya, dan ragam pemandangan lainnya yang tak sedap, kian menggumpalkan kelusuhan berindonesia kita.  
Sejak Indonesia berdiri, komitmen persatuan menjadi pengikat yang meleburkan segala ego personal dan kelompok menjadi ego Indonesia Raya. Sebuah ikrar yang lazim terjadi di setiap negara dan bangsa manapun, karena hanya tekad persatuan itulah sebuah negara berdiri tegak dan dapat mengelola dirinya dengan baik. Tanpa persatuan, tidak ada lagi rumusan negara dapat bertahan lama. Uni Soviet sebagai negara adidaya pun, runtuh tak berdaya akibat leburnya persatuan menjadi fanatisme etnik. Jika disintegrasi terjadi, berarti jurang kehancuran negara sedang menanti. 
Menelisik kondisi bangsa kini, sepantasnya kita cemas. Nilai-nilai yang semestinya menjadi pijakan dalam berbangsa kian luntur, sementara arus tantangan begitu kuat menerjang di segala aspek budaya, politik, dan ekonomi. Globalisasi yang tidak terelakkan misalnya, telah banyak menghentak struktur nilai konvesional masyarakat kita hingga ruang terkecil dan remeh-temeh. Akhirnya, kelemahan daya imunitas bangsa akan rentan menghadirkan sebuah bangsa yang ringkih dan lemah.
Menurut saya, jika kenyataan tersebut tidak diantisipasi dini dan abai direspons, sungguh akan menjadi ancaman nyata bagi keberlangsungan negara Indonesia ke depan. Pernyataan ini tidaklah hiperbolik, apalagi bombastis, karena persoalannya begitu dekat dan lekat dengan kehidupan sehari-hari kita dalam berbangsa seperti kemiskinan menganga, mulai bergeliatnya etnosentris, hingga kumandang merdeka dari rengkuhan Indonesia.

Gotong Royong
Untuk melerai segala potensi yang merontokkan sendi berbangsa, kita harus kembali kepada nilai-nilai luhur bangsa kita. Gotong-royong adalah salah satu nilai luhur utama bangsa yang seharusnya dijadikan ruh dalam segala aspek bertindak, namun ter(di)lupakan. Karena nilai gotong-royong bukan sekedar seremonial yang hanya terjebak pada praktik-praktik slogan tanpa ruh. Tapi, harus dijalarkan agar menjadi landasan pijak dan tindak dalam membangun bangsa yang lebih baik.
Ir. Soekarno menegaskan semangat gotong royong lebih dinamis dari nilai kekeluargaan dan menjadi intisari Pancasila. Para founding fathers melatakkannya sebagai prinsip nilai bangsa yang tidak lagi bisa ditawar. Tetapi, hati ini terasa miris ketika nilai gotong-royong yang merupakan ejawantah Pancasila dan selalu didengungkan, namun senyap menjadi pajangan di dinding yang tidak lagi bergelora dalam tindakan berbangsa.
Bangsa kita telah mencapai banyak pembaruan dan perubahan. Keterbukaan politik dilakukan, restrukturasi ekonomi diupayakan, reformasi terus digelorakan. Tetapi sayang, semangatnya masih jauh dari muara prinsip gotong-royong. Keterbukaan politik justru disadap oleh hasrat an sich ingin berkuasa, perbaikan ekonomi dipoles untuk mengeruk kekayaan demi diri sendiri, dan gelora reformasi dijadikan ajang kontestasi saling menjatuhkan.
Lambannya pembenahan bangsa sejak reformasi bergulir, akibat tumpulnya ketajaman dalam menjadikan gotong-royong sebagai pijakan pembaruan. Kebebasan dan keterbukaan politik bergerak secara liar tanpa mengindahkan sendi-sendi solidaritas kolektif sebagai bangsa. Jalan perubahan kita telah melenceng dari semangat gotong-royong. Jika kondisi ini terus terbiarkan, bangsa kita tidak semata akan mengalami turbulensi, tapi menjadi lubang yang mematikkan bagi keutuhan negara-bangsa (nation-state) Indonesia.

Melebur Ego
Gotong royong mengandaikan leburnya benteng ego personal ke dalam ego kolektif untuk saling menopang demi kemajuan bangsa. Membangun gotong royong berarti sama-sama saling menopang dan bahu-membahu untuk mewujudkan kebaikan bagi negara dan bangsa, bukan sebaliknya. Namun, ketika keadilan harus ditegakkan, rasa kekeluargaan dan gotong-royong bukan berarti harus ditutupi atas nilai kebersamaannya.
Ketercabikan persatuan di tengah masyarakat akibat ego yang demikian menyeruak harus dihentikan dengan menyemai kembali semangat gotong-royong. Seruan untuk merekatkan lagi rasa persaudaraan dan kebersamaan sebagai sebuah bangsa yang besar oleh para pemimpin serta tokoh masyarakat sangat diperlukan. Seruan gotong-royong yang digemakan terus menerus, dapat membangun suasana baru dalam bathin kebangsaan kita.
Tetapi yang jauh lebih penting, seruan itu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan kapasitas kita masing-masing. Seorang guru menghadirkan spirit gotong-royongnya dalam semangat bersama untuk mendidik anak bangsa. Seorang pegawai menampakkanya dengan semangat produktivitas pengabdian kepada negara. Seorang pemimpin dan tokoh masyarakat menunjukkannya dengan saling membahu untuk memberikan yang terbaik buat rakyat yang dipimpinnya.
Oleh karena itu sudah saatnya kita menyemai kembali gotong-royong untuk menjawab ancaman yang dapat meruntuhkan keutuhan persatuan bangsa Indonesia. Sebagai anak bangsa, kita memiliki tanggung-jawab besar mempertahankan dan menguatkan pondasi kebangsaan yang sudah dibangun para pahlawan dan founding fathers dengan keringat dan darah. Hanya itu yang bisa kita persembahkan untuk kejayaan Indonesia. ***

[+/-] Selengkapnya...

BEDA ANTARA SUKA, CINTA DAN SAYANG


Dihadapan orang yang kau cintai,
musim dingin berubah menjadi musim semi yang indah
Dihadapan orang yang kau sukai,
musim dingin tetap saja musim dingin hanya
suasananya lebih indah sedikit

Dihadapan orang yang kau cintai,
jantungmu tiba tiba berdebar lebih cepat
Dihadapan orang yang kau sukai,
kau hanya merasa senang dan gembira saja

Apabila engkau melihat kepada mata orang yang
kau cintai, matamu berkaca-kaca
Apabila engkau melihat kepada mata orang yang
kau sukai, engkau hanya tersenyum saja

Dihadapan orang yang kau cintai,
kata kata yang keluar berasal dari perasaan yang terdalam
Dihadapan orang yang kau sukai,
kata kata hanya keluar dari pikiran saja

Jika orang yang kau cintai menangis,
engkaupun akan ikut menangis disisinya
Jika orang yang kau sukai menangis,
engkau hanya menghibur saja
Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan
rasa suka dimulai dari telinga
Jadi jika kau mau berhenti menyukai seseorang,
cukup dengan menutup telinga.
Tapi apabila kau mencoba menutup matamu dari
orang yang kau cintai, cinta itu berubah menjadi
tetesan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam
jarak waktu yang cukup lama.
"Tetapi selain rasa suka dan rasa cinta... ada
perasaan yang lebih mendalam.
Yaitu rasa sayang.... rasa yang tidak hilang
secepat rasa cinta. Rasa yang tidak mudah berubah.
Perasaan yang dapat membuat mu berkorban untuk orang yang kamu sayangi.
Mau menderita demi kebahagiaan orang yang kamu sayangi.
Cinta ingin memiliki. Tetapi Sayang hanya ingin
melihat orang yang disayanginya bahagia..
walaupun harus kehilangan."

[+/-] Selengkapnya...

Selasa, 09 Agustus 2011

Pesan Moral Untuk Ikhwan & Akhwat







Love is a give (Cinta adalah berkah)...
Bahkan salah seorang ikhwah mengatakan:
Love is the essence of life (Cinta adalah inti sari kehidupan)...
Cinta Allah yang membuat bumi ada...
Cinta Allah yang membuat sang surya bersinar...
Cinta antar manusia yang membuat hidup tenteram dan nyaman...
Ketika kita mencintai, tidak ada kata pamrih disana...
Yang ada hanya memberi tanpa mengharap menerima...

Mirip seperti itulah hakikat menjadi da'i...
Dia harus siap mengorbankan hidup dan matinya demi dakwah...
Dia selalu memberi utk Islam,tanpa mengharapkan menerima utk setiap kerja dakwahnya...
Itulah ikhlash...
Siap menjadi jundi dan pada saat yang sama siap menjadi qiyadah...
Siap mengeluarkan uang utk dakwah...
Siap mengeluarkan tenaga utk dakwah...

Bahwa hubungan ikhwan dan akhwat aktivis dakwah adalah seperti saudara...
Cukup sampai disana...
Kalaupun terjadi gangguan hati yang merupakan sunnatulloh akibat adanya interaksi,
Tidak akan melebihi taraf SIMPATI antar kader
(SIMPATI : SIMPan dAlam haTI)...
Kecuali Allah memberikan kesempatan padanya utk menyelesaikan setengah agamanya...

Jika Allah telah menentukan jodoh utk kita, bahkan sebelum kita lahir,
Mengapa kita takut menjadi perawan tua atau jejaka jomblo...?
Masih panjang langkah dakwah kita...
Masih begitu banyak lahan dakwah yang belum kita jamah...
Ada satu hal yang akan datang dengan sendirinya pada anda, yaitu Jodoh...
Sehingga jangan sampai hal ini membuat kita ragu akan janji Allah pada kita...
Jangan sampai dakwah kita berpenyakit hanya karena masalah ini...
Sangat cengeng dan kekanak-kanakan,
Bila sampai ada aktivis dakwah yang terjangkiti
hal ini (VMJ: Virus Merah Jambu)...

Dakwah adalah sesuatu yang suci...
Qod aflaha man zakkaha (Beruntunglah orang yang membersihkan diri)...
Wa qod khoba man dassaha (Dan celakalah orang yang mengotori dirinya)...

Sehingga orang yang berhak dan akan bertahan dalam jalan ini,
Adalah orang yang niat ikhlash membersihkan dirinya...
Dia ikut tarbiyah dengan keikhlashan,
Bukan karena ingin menikah dengan akhwat berjilbab...

Dia beraksi dan berdemonstrasi utk menyuarakan yang haq didepan penguasa
yang zholim (HR Bukhori Muslim)...

Bukan ingin ketenaran...
Dia berdakwah ingin menuju Jannah-Nya,
Bukan ingin mendapatkan jabatan, fans atau lainnya...

Ingat ikhwan wa akhwat fillah,

Utk ikhwan...
Bila anda istiqomah di jalan dakwah ini,
Bidadari telah menanti anda di syurga nanti...
Utk Akhwat...
Bila anda istiqomah di jalan dakwah ini,
Anda lebih baik dari bidadari yang terbaik yang
ada di syurga...

Kebenaran hakiki hanya milik Allah...
Dan di yaumil qiyamah kelak akan ditentukan
kebenaran akan hal2 yang kita perdebatkan...

[+/-] Selengkapnya...

Jumat, 05 Agustus 2011

S U F I (Dalam Pandangan Islam)



Perkembangan Sufi :

Kata sufi belum dikenal pada zaman Rasulullah SAW, para sahabatnya dan kaum tabi’in (generasi setelah sahabat). Kemudian setelah itu datang sekelompok orang zuhud (orang yang tidak terlalu memperhatikan dunia) yang menggunakan Shuf (baju dari kulit domba), maka merekapun dikenal dengan nama ini. Pendapat lain mengatakan bahwa istilah ini diambil dari kata Shufiya yang merupakan bahasa Yunani yang berarti hikmah. Pendapat lain mengatakan bahwa istilah ini diambil dari kata Ash-Shafaa’ (jernih dan suci) sebagaimana yang dikira oleh sebagian orang, namun pendapat ini batil dan salah. Karena jika kata ini ditambah dengan ya nisbah (يّ) akan menjadi (صَفَائِيّ) dan bukan (صُوفِيّ).

Tarekat-Tarekat Sufi:

Di antara tarekat-tarekat Sufi itu adalah Tiijaniyah (ini yang paling berbahaya), Qodiriyah, Naqsyabandiyah, Syadzaliyah, Rifa’iyah dan lain sebagainya. Dan ada di antara tarekat-tarekat ini yang sudah bubar, akan tetapi sekarang kita menemukan tarekat-tarekat lain yang tidak terlalu terkenal, dengan pengikut yang sangat sedikit sekali, di mana penyebarannya juga lambat (tapi tidak berarti bahwa tarekat itu tidak berbahaya).

Doa Dalam Pandangan Kaum Sufi:

Orang-orang Sufi memohon kepada selain Allah SWT, seperti berdoa kepada para nabi dan wali-wali yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Mereka dalam berdoa banyak mengucapkan: “Ya Rasulullah! Berilah kami sesuatu! Berilah kami! ...... Ya Rasulullah engkaulah tempat  bergantung” Dan sebagian yang lain memanggil nama-nama orang yang sudah meninggal, seperti: “Ya Jailani!.....” - “Ya Rifa’i!....” - “Ya Syadzali!.....” (padahal permohonan seperti ini adalah syirik yang jelas). Mereka mengatakan: “Ya Fulan berilah saya rizki!.... Tolonglah saya!.... Sembuhkanlah saya!....” Padahal Allah SWT telah melarang orang yang memohon sesuatu kepada selain-Nya, bahkan menganggapnya sebagai perbuatan syirik.
Allah SWT berfirman:
} وَلاَ تَدْعُ مِنْ دُونِ اللهِ مَا لاَ يَنْفَعُكَ وَلاَ يَضُرُّكَ فَإنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إذاً مِنَ الظَّالِمِينَ {
“Dan janganlah kamu menyembah (memohon kepada) apa-apa yang tidak memberi manfa’at dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah: sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim.”                                       (Q.S. Yunus: 106)
Orang-orang zalim yang dimaksud di sini adalah orang-orang musyrik. Rasulullah SAW bersabda:
((الدُّعَاءُ هُوَ العِبَادَةُ))
“Doa itu adalah ibadah.”                                [H.R. Tirmidzi]
Jadi doa itu adalah ibadah seperti sholat, tidak boleh diperuntukkan kepada selain Allah, walaupun ia seorang rasul ataupun wali dan ini termasuk perbuatan syirik paling besar yang membatalkan amal perbuatan dan pelakunya kekal di dalam neraka -Naudzu Billahi min Dzalik-.
Allah SWT berfirman:
} إنَّ اللهَ لاَ يَغْفِرُ أنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ {
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.”  (Q.S. An-Nisaa’: 48) 

Ibadah kepada Allah:

Apakah anda percaya pada pendapat orang-orang Sufi yang mengatakan: “Kami tidak menyembah Allah karena menginginkan surga-Nya dan tidak pula karena takut kepada api neraka-Nya”?
Padahal Allah SWT memuji para Nabi yang memohon kepada-Nya karena menginginkan surga dan takut pada siksaan-Nya. Allah SWT berfirman:
} فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَى وَأصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ إنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَباً وَرَهَباً وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ {
“Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami menganugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang khusyu’ kepada Kami.”             (Q.S. Al-Anbiyaa’: 90)
Yaitu orang-orang yang mengharapkan surga dan takut akan adzab-Nya.

Dzikir Ala Sufi:

Orang-orang Sufi membolehkan menari-nari, meniup seruling, memukul gendang dan mengangkat suara dalam berdzikir. Allah SWT berfirman:
} الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْـنَاهُمْ يُـنْفِقُونَ {
“(Yaitu) orang-orang yang mendirikan sholat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka.”                                          (Q.S. Al-Anfaal: 3)
Padahal mengangkat suara dalam berdzikir dan berdoa itu dilarang sebagaimana firman Allah SWT:
} ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إنَّهُ لاَ يُحِبُّ المُعْتَدِينَ {
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”       (Q.S. Al-A’raf: 55)
Dzikir mereka sangat aneh ...! dan kadang-kadang lucu. Mereka misalnya memulai dzikir dengan mengucapkan lafadz (الله .. الله .. الله) hingga pada ujung-ujungnya mereka hanya mengucapkan lafadz (آه .. آه .. آه).
Mereka lupa dengan sabda Rasulullah SAW:
((أفْضَلُ الذِّكْرِ لاَ إلَهَ إلاَّ الله))
“Dzikir yang paling afdhal adalah La Ilaha Illallah (Tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah)    [H.R. Tirmidzi]
Demikian pula mereka berbuat bid’ah dalam berdzikir dengan bersholawat kepada Nabi dengan sesuatu yang mengandung syirik dan pengingkaran, dimana Allah Maha Tahu, seperti ketika mereka mengatakan:
(اللهُ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ حَتَّى تَجْعَلَ مِنْهُ الأَحَدِيَّةَ وَالقَـيُّومِيَّةَ)
“Ya Allah bersholawatlah kepada Muhammad hingga Engkau menjadikan ia tunggal dan berdiri sendiri”
Sementara kita tahu bahwa ke-Maha Tunggal-an (Al-Ahad) dan Berdiri Sendiri (Al-Qayyum) adalah bagian dari sifat-sifat dan nama-nama Allah.

Ucapan Tokoh-Tokoh Kaum Sufi:

   1.   Ibnu Arabiy, salah seorang tokoh utama kaum sufi meyakini bahwa Allah itu adalah makhluk dan makhluk itu adalah Allah. Hal itu diungkapkan melalui ucapannya:
(فَيَحْمَدُنِي وَأحْمَدُهُ وَيَعْبُدُنِي وَأعْبُدُهُ)
“Maka ia memuji-Ku dan Aku memujinya, Ia menyembah-Ku dan Aku menyembah-Nya.”
   2.   Al-Junaid mensyaratkan bagi para pemula untuk tidak menyibukkan hatinya dengan tiga hal, yaitu: Usaha (bekerja), mencari hadits dan kawin!
                Demikian pula ia tidak menginginkannya membaca dan menulis,... sebabnya (seperti pengakuan mereka) adalah agar lebih mudah sampai kepada keinginannya, akan tetapi penyebab utama yang sebenarnya adalah agar ia leluasa menertawaimu.
   3.   Abu Yazid Al-Basthami berkata tentang dirinya: “Maha suci aku, maha suci aku, alangkah tingginya kedudukanku.!!” Yang lain berkata kepada dirinya sendiri ketika ia memakai jubah: “Tiada yang memakai jubah ini kecuali Allah.!!”

Wali-Wali Setan

Apa yang kita saksikan pada sebagian ahli bid’ah, seperti menebas dirinya dengan pedang atau memakan api, adalah hasil perbuatan dan tipuan setan agar mereka tetap berjalan dalam kesesatan, Allah SWT berfirman:
} وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ {
"Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al-Qur’an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya."                    (Q.S. Az-Zukhruf: 36)
Dan sebagaimana kita ketahui bahwa orang-orang kafir di India seperti kaum Sikh dan Hindu melakukan hal yang seperti itu, bahkan lebih banyak lagi. Apakah kita akan mengatakan bahwa mereka itu adalah wali-wali yang memiliki karomah? Di manakah orang-orang yang berakal itu?

Melihat Allah dan Rasul-Nya

Orang-orang bodoh itu mengaku dapat melihat Allah Azza wa Jalla di dunia ini!
Allah SWT telah berfirman atas lisan nabi Musa as:
} رَبِّ أَرِنِي أنْظُرْ إلَيْكَ قَالَ لَنْ تَرَانِي {
“Ya Tuhanku! Nampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat kepada-Mu” Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku.”             (Q.S. Al-A’raf: 143)
Dalam salah satu hadits Shohih disebutkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
((إنَّكُمْ لَنْ تَرَوْنَ اللهَ حَتَّى تَمُوتُوا))
“Sesungguhnya kalian tidak akan pernah bisa melihat Allah hingga kalian meninggal.”
Jadi bagaimana mungkin orang-orang bodoh itu mengaku dapat melihat Allah di dunia? Akan tetapi ......
   لَقَدْ أسْمَعْتَ لَوْ نَادَيْتَ حَيًّا       وَلَكِنْ لاَ حَيَاةَ لِمَنْ تُنَادِي
“Sungguh engkau telah memperdengarkan, bila engkau memanggil orang yang hidup, akan tetapi tiada kehidupan pada orang yang engkau panggil”
Demikian pula mereka mengaku dapat melihat Rasul yang mulia Muhammad SAW dalam keadaan terjaga, tidak dalam keadaan tidur!!
Dan tidak pernah kita dengar bahwa salah seorang sahabat yang merupakan sebaik-baik zaman pernah melihat Rasulullah SAW dalam keadaan terjaga (tidak tidur) setelah meninggalnya. Jadi apakah mereka lebih afdal (utama) dibanding para sahabat tersebut?

Kata-Kata Bertuah

Imam Syafe’i -semoga Allah merahmatinya- berkata:
(لَوْ أنَّ رَجُلاً تَصَوَّفَ أَوَّلَ النَّهَارِ لاَ يَأتِي الظُّهْرَ حَتَّى يَكُونَ أحْمَق)
“Seandainya seseorang bertasawwuf (menjadi sufi) pada awal siang (pagi hari) maka ia akan menjadi bodoh sebelum masuk waktu Dhuhur.”

Pengakuan-Pengakuan

   ·   Ibnu ‘Arabi berkata tentang bukunya “Al-Futuhaatul Makkiyah” bahwa itu adalah tauqifii (sesuatu yang datang dari Allah)!
   ·   Al-Hallaj mengaku bahwa telah turun kepadanya risalah-risalah yang banyak dengan tulisan Allah Azza wa Jalla.
   ·   Muhammad Al-Marghani berkata bahwa barangsiapa yang melihatnya atau melihat orang yang melihatnya hingga .... orang kelima (yang melihatnya) .... maka ia tidak akan tersentuh api neraka!
   ·   Ahmad At-Tiijani berkata: “Allah SWT sanggup menciptakan seorang wali setelahku, tetapi Ia tidak melakukannya” Mereka bertanya: “Mengapa?” Ia menjawab: “Sebagaimana Allah SWT sanggup mengutus seorang Nabi setelah Muhammad SAW, tetapi Ia tidak melakukannya.

Hal-Hal Tidak Logis

   1.   Mereka berkasih sayang dengan iblis -laknat Allah atasnya-
   2.   Fir’aun lebih mengetahui (alhaq) daripada Musa -Alaihis Salam- (sebagaimana pengakuan mereka).
   3.   Mereka mensucikan kaum Nabi Nuh dari perbuatan syirik.
   4.   Mengucapkan salam kepada anjing dan babi.
Apakah mereka yang melakukan ini masih memiliki setitik akal sehat di kepalanya?... Tentu saja tidak.

Dalil-Dalil yang Menunjukkan Bahayanya Kesufian:

Sesungguhnya ketertutupan yang senantiasa dilakukan oleh jama’ah ini adalah bukti kuat yang menunjukkan bahaya dan kesalahan jalan mereka. Seandainya mereka berjalan di atas kebenaran tentu mereka tidak akan menyembunyikan kumpulan-kumpulan, nama-nama dan pelajaran-pelajaran mereka!


Sejenak... Bersama Seorang Sufi

Sesungguhnya hakekat yang tersembunyi bagimu dan bagi kebanyakan pengikut aliran ini adalah bahwa mereka yang dianggap syekh itu telah sesat dan menyesatkan orang-orang yang datang setelah mereka, dan tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah SWT.
Maka demi Allah, saya ingin bertanya kepadamu: “Bagaimana anda mengikuti suatu jama’ah, di mana tokoh-tokohnya mengaku menerima wahyu, sementara wahyu itu hanya khusus diturunkan kepada para Nabi?” Dan yang lain memuliakan dirinya dengan mengatakan: “Maha suci aku, maha suci aku, alangkah tingginya kedudukannku.!!” Sementara yang lainpun berkata: “Sesungguhnya Allah SWT telah menuliskan untuknya risalah dengan tulisan tangan -Nya yang khusus untuk dirinya.” 
Apakah logis bahwa seseorang melemparkan dirinya kepada kebinasaan, kepada api neraka jahannam dengan mengikuti orang-orang gila itu? Ketahuilah bahwa dajjal-dajjal itu meminta kepadamu, pengikut-pengikutnya untuk tidak membaca, tidak berdiskusi dan tidak banyak bertanya! Dan dengan cara ini mereka dapat menguasai kalian untuk kemudian menggiring kalian kepada kehancuran dan kesesatan.

Pertanyaan: Seandainya saya meminta kepada seseorang untuk menaatiku dan tidak boleh bertanya atau mendebatku tentang apa yang saya lakukan, menurut anda bagaimana kira-kira keadaannya?

Jawaban: Tentu saja ia seperti boneka di tanganku, saya akan bolak-balikkan sesuai dengan keinginanku, walaupun pada sesuatu yang menjadi kehancuran dan kematiannya, dan inilah realita (kenyataan) yang menimpa kaum sufi.

Kesufian dan Kuburan

Kaum Sufi sangat menganjurkan ziarah kubur untuk mendapatkan barakah penghuni kubur atau thawaf di sekelilingnya atau menyembelih hewan di sekitarnya. Ini bertentangan dengan anjuran Rasulullah SAW:
((لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إلاَّ إلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ : المَسْجِدِ الحَرَامِ ، وَمَسْجِدِي هَذَا ، وَالمَسْجِدِ الأقْصَى))
“Suatu perjalanan tidak dianjurkan kecuali perjalanan ke tiga masjid: Masjidil Haram, Masjidku ini (Masjid Nabawi) dan Masjidil Aqsha.”                                   [Muttafaqun ‘Alaihi]
Dari sini anda bisa mendapatkan gambaran yang jelas, pelanggaran apa yang terjadi pada kuburan itu seperti perbuatan syirik, berlindung dan memohon kepada penghuni yang ada di dalam kubur itu.

Kaum Sufi dan Perayaan-Perayaan

Setiap tahun mereka merayakan apa yang mereka sebut Maulid (ulang tahun). Setiap kelompok merayakan Maulid khusus mereka dan syekh mereka. Misalnya Syekh Al-Badawi memiliki Maulid khusus yang diziarahi setiap tahunnya oleh dua juta dari kaum muslimin. Demi Allah, ini adalah suatu kenyataan. Dan bagi mereka yang ingin memastikannya boleh bertanya, dan akan menemukan keajaiban dan masalah-masalah yang sulit dipercaya....
Kaum sufi itu telah mengangkat mereka yang dianggap syekh itu kepada derajat mempersekutukan Allah -kadang-kadang- dalam hal perbuatannya dalam mengurus alam ini.
Adapula Maulid yang dikenal dengan sebutan Majelis Sholawat kepada Nabi. Di dalamnya terdapat syair-syair yang mengandung syirik dan bid’ah yang hanya Allah Yang Maha Tahu.
Di antara syair-syair ini adalah:
المَدَد المدَد يَا عَرِيضَ الجَاهِ المَدَد          وَيَا مُفِيضَ النُّورِ عَلَى الوُجُودِ
يَا رَسُــولَ اللهِ فَرِّجْ كَرْبَـنَا        مَا رَآَكَ الكَـرْبُ إلاَّ وَشَـرَد
Wahai pemilik wibawa yang tinggi, berilah kami bantuan, berilah!
Wahai yang memancarkan cahaya kepada segala yang ada, berilah kami bantuan, berilah kami!
Wahai Rasulullah, keluarkanlah kami dari kesulitan!
Tidaklah suatu kesulitan menemuimu kecuali ia pasti lari meninggalkanmu.
Dan sudah menjadi kesepakatan bahwa Yang dapat memancarkan cahaya kepada segala yang ada dan Yang dapat mengeluarkan seseorang dari kesulitan hanyalah Allah SWT semata-mata.

Aqidah Mereka tentang Iblis

Allah Swt telah melaknat dan mengusir Iblis dari rahmat-Nya serta murka kepadanya hingga hari kiamat, akan tetapi kaum sufi itu datang dan memuji serta memuliakannya! Penyebabnya menurut mereka adalah bahwa iblis itu memiliki ibadah yang paling sempurna dan makhluk yang paling bertauhid karena ia tidak ingin sujud kepada sesama makhluk, ketika Allah memerintahnya untuk sujud kepada Adam -Alaihis Salam- dan ia tidak sujud kecuali hanya kepada Allah!
Kita memohon kepada Allah agar mereka dapat dikumpulkan nanti bersamanya (di hari kiamat nanti) bila mereka belum bertaubat dan meninggalkan khurafat-khurafat  dan keyakinan-keyakinan batil mereka.

Buku-Buku Kaum Sufi

Orang-orang Sufi memiliki buku-buku terkenal yang dikarang oleh pentolan-pentolan mereka, baik yang lama maupun yang baru. Sebagai contoh adalah berikut ini:

   1.   Al-Futuuhaatul Makkiyah karangan Ibnu ‘Arabiy, yang banyak mengandung kekafiran, syirik dan pengingkaran yang hanya Allah Yang Maha Tahu.
   2.   Quutul Qulub karangan Abu Tholib Al-Makky
   3.   Ath-Thawasin karangan Al-Hallaj.

Buku-buku ini sudah cukup menjadi sebab mereka yang membaca dan mengamalkannya kekal di dalam neraka.

Penutup

Akhirnya... Bagaimana pendapat anda tentang ucapan-ucapan dan keyakinan-keyakinan mereka setelah anda membacanya, apakah tarekat-tarekat ini pantas untuk diikuti atau (sebaliknya) membongkar kebusukannya ?
Hendaklah kita memperhatikan keadaan masyarakat bila seandainya jama’ah-jama’ah ini dibiarkan tanpa pengawasan. Di mana tarekat-tarekat ini memiliki dzikir-dzikir dan ibadah bid’ah yang menggambarkan awal isolasi (pengasingan) diri  dari masyarakat, yang bila kesempatan ini dibuka bagi mereka, maka mereka akan menyebarkan ide-ide dan aqidah-aqidah penghancur yang bertentangan dengan Tauhid ini.

Kesimpulan

Kapankah anda sadar wahai kaum sufi?? Kalian harus tahu bahwa jalan ini adalah jalan yang sesat dan batil. Dan kalian tidak akan memetik buah perbuatan ini kecuali kerugian di dunia dan di akhirat.
Maka hendaklah kalian bertaubat dan kembali kepada Allah SWT sebelum jiwa anda berkata:
} رَبِّ ارْجِعُونِ - لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ {
“Ya Tuhanku! Kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang sholeh yang telah aku tinggalkan.”     (Q.S. Al-Mu’minun: 99)
Maka tidak ada yang wajib atasmu kecuali kejujuran kepada Allah, maka anda akan mendapatkan pertolongan dan taufiq dari Yang Maha Tunggal.

Sholawat dan Salam atas junjungan Nabi kita Muhammad  SAW beserta keluarga
dan para sahabatnya.



[+/-] Selengkapnya...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Entri Populer

Pengikut