Kata “Tuhan” menjadi salah
satu kata yang paling sering disebut sebut oleh orang kebanyakan walaupun
maknanya sangat bergantung masing masing orang dalam memahami arti kata “Tuhan”
itu sendiri. Kata Tuhan yang dibahas berikut ini merujuk pada pertanyaan “apakah
alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan ataukah alam semesta sudah ada dengan
sendirinya tanpa adanya Tuhan?” Jadi Tuhan yang dibahas adalah Tuhan Pencipta
Alam Semesta, bukan dewa dewa atau tuhan tuhan lain yang dalam keyakinan
penganutnya tidak menciptakan alam semesta. Mari kita simak sejenak
Kata“Tuhan”ada dalam buku-buku
agama, oleh karenanya makna kata”Tuhan”kemungkinan besar dapat ditemukan dalam
buku-buku agama tersebut.
Kata ”Tuhan” tidak ada dalam
buku-buku sains, oleh karenanya kecil kemungkinan atau bahkan tidak akan
mungkin menemukan makna Tuhan dalam buku-buku sains.
Permasalahan besarnya adalah kata
“Tuhan” itu ada sejak dahulu dan sampai sekarang tetap ada. Padahal sains
moderen masih tetap saja tidak dapat memberikan bukti laboratorium tentang
keberadaannya.
Kaum atheis (yang menolak keberadaan
tuhan) sama saja, mereka tidak dapat menunjukkan bukti laboratorium tentang
ketiadaan tuhan. Karena di laboratorium hanya bisa ditemukan bukti tentang
keberadaan sesuatu tetapi tidak bisa menegaskan ketiadaan sesuatu. Sayangnya
banyak saintis yang terjebak dalam keilmiahan yang tidak ilmiah. Mereka
menganggap sesuatu dapat dikatakan ada secara ilmiah hanya apabila sesuatu itu
dapat dibuktikan di laboratorium. Padahal tidak demikian. Banyak hal yang tidak
bisa dibuktikan di laboratorium padahal dia ada.
Penolakan kaum ateis tidak pernah
menyurutkan penyebutan kata “Tuhan” oleh orang banyak, bahkan tak mungkin
dipungkiri, demi menolak keberadaan tuhan, dalam seluruh argumentasinya kaum
ateis (baik terpaksa atau sukarela) tetap menyebut kata “Tuhan” Perhatikan
baik-baik: Tuhan itu ada. Tuhan itu tidak ada. Dua pernyataan tersebut ternyata
sama-sama menggunakan kata “Tuhan”
Beberapa orang merujuk pembuktian
ketiadaan Tuhan pada tingkat eksperimen telah dilakukan sebagaimana para
saintis membuktikan ketiadaan ‘eter’ yang dipercaya ada oleh para saintis
pendahulu mereka dalam menerangkan media perambatan gelombang cahaya.
Perbedaannya:
1. Masalah eter dikemukakan oleh
saintis, dipakai oleh saintis dan dibantah pula oleh saintis, sedangkan masalah
Tuhan diyakini oleh orang banyak (jauh lebih banyak dari jumlah saintis yang
membahas eter) dan dibantah oleh sebagian saintis yang ateis.
2. Istilah eter dimunculkan dalam
pembahasan medium perambatan gelombang cahaya (artinya sebelum pembahasan
medium perambatan cahaya istilah eter ini tidak ada atau belum digunakan),
kemudian setelah terbukti tidak ada istilah ini lebih tidak terpakai lagi baik
oleh saintis apalagi orang awan. Sedangkan kata “Tuhan” dipakai dan disebut
sebut orang banyak ribuan tahun sebelum pembuktian ketiadaan Tuhan. Dan
sekarang setelah pembuktian ketiadaan tuhan itu dilakukan (kalau memang itu
benar2 terjadi) ternyata orang banyak yang menyebut kata “Tuhan” itu masih
tetap ada, malahan semakin bertambah banyak.
Tuhan itu ada, Tuhan itu tidak ada.
Dua pernyataan itu meski sama-sama tidak dapat dibuktikan di laboratorium tapi
pendapat pertama tampak lebih kuat. Sembilan dari sepuluh orang meyakini adanya
tuhan, sisanya satu orang hanya ragu-ragu (bukannya yakin bahwa Tuhan tidak
ada)
Lantas kemana kita mesti merujuk
untuk menemukan Apa itu Tuhan? Siapa itu Tuhan? Ada dimanakah Dia? Apa yang Dia
kerjakan, Apa hubungan Dia dengan kita? Apa hubungan Tuhan dengan Alam Semesta?
Yang jelas tidak mungkin merujuk
pada saintis ataupun buku buku sains. Seperti sudah disebutkan , untuk
mengetahui segala sesuatu tentang tuhan kita mesti merujuk pada buku-buku
agama.
Yahudi, Kristen, Islam, Hindu,
Budha, Confusianism, Shintoism adalah beberapa agama yang didalam bukunya
terkandung penjelasan tentang tuhan. Penjelasan yang ada bisa sama atau berbeda
satu sama lain, dan dengan metoda yang tidak harus rumit dan disiplin berpikir
sederhana, kita bisa menarik benang merahnya kemudian menarik satu pengertian
yang komprehensif dari penjelasan-penjelasan tersebut.
Agama dan semua bukunya berasal dari
masa lalu, itu berarti buku-buku tersebut merupakan bagian dari sejarah masa
lalu, oleh karenanya otentisitas naskahnya dapat diteliti dan dipastikan dengan
metode penelitian sejarah. Artinya ada dua arah pendekatan keilmuan dalam
mempelajari buku keagamaan:
1.Pendekatan logika Untuk
memahami penjelasan dalam buku agama
2. Pendekatan sejarah Untuk
memastikan asal usul agama atau buku agama yang dipelajari Untuk merangkai data
data sejarah yang diungkap dalam buku agama yang dipelajari kemudian di
bandingkan dengan data sejarah yang sudah terungkap para sejarawan sampai
sekarang
Data dari buku dan data dari
sejarawan dapat saling mengoreksi atau saling melengkapi kemudian dapat disusun
dirangkai menurut logika sejarah yang berimbang, jujur, dan adil
Setelah ketemu bahwa buku paling
otentik yang menjelaskan tentang Tuhan adalah Quran maka dari buku itulah kita
bisa mengenal Siapa Dia, Tuhan yang menciptakanAlam Semesta. Tidak mungkin kita
mendapatkan informasi yang tepat mengenai Tuhan kecuali jika kita bertanya
kepada orang yang benar benar mengenalNya atau informasi dari Tuhan Sendiri
diantara orang yang paling mengenal
Tuhan adalah Muhammad atau Isa Al Masih, sayangnya teramat banyak orang
memalsukan kata kata mereka berdua. Kata kata Muhammad dipalsukan dalam
ribuan hadits palsu dan dhaif, sedangkan kata katan Isa dipalsukan dan
dicampurkan dengan kitab taurat menjadi bibel.
Jadi yang paling aman untuk
melangkah pertamakali agar kita bisa mengenal Allah adalah membaca Quran. Quran
bukan milik Islam saja, siapapun boleh membacanya. Setelah membaca juga tidak
ada paksaan untuk menjadi islam atau bukan. Kalau pengetahuan di dalamnya benar
bisa kita pakai, kalau tidak tahu bisa bertanya.
(tulisan ini ditujukan kepada
teman teman yang ingin mendapatkan informasi yang memadai mengenai Tuhan
Semesta Alam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar