Rabu, 03 Agustus 2011

Menjadi Islam Bukan berarti Menolak Evolusi

expr:id='"post-body-" + data:post.id'>
Beberapa umat islam banyak yang menolak teori evolusi, itu didasari dari kesalah pahaman mereka tentang teori evolusi, kita tidak tau darwin apakah sudah mengenal Islam masa itu atau belum, darwin sendiri meragukan keberadaan tuhan, dia seorang agnostik, tapi kita tau orang tuanya bukan beragama islam, kita tau dia tidak mengenal islam pada jamannya, mungkin jika dia belajar islam pasti dia akan menganut agama tersebut. Salah satu kesalah pahaman tentang evolusi adalah dengan dikatakannya oleh para creationis (atau yang paling ternama adalah Harun Yahya) bahwa manusia itu dari kera. Itu adalah kesalahan yang fatal, darwin sendiri tidak pernah mengatakan kalau manusia itu punya nenek moyang kera, sehingga dari kesalah pahaman itu lahirlah pemahaman keliru menyalahkan darwin sebagai biangnya atheisme, padahal untuk menjadi muslim bukan berarti malah menolak darwin, kita umat islam seharusnya kita tau sejarah islam gimana, bagaimana ilmuan muslim sudah lama mengungkapkan tentang makhluk yang terus berevolusi, kita terlalu menghubung-hubungkan agama kita dengan agama sebelah sehingga kita terlalu mengikuti agama tersebut dan tak jarang malah menuduh kitab sendiri mencontek kita agama sebelah sana yang bersebrangan jauh dari agama islam, intelegent design (yang selalu diagungkan Harun Yahya melalui bukunya) bukan lah ajaran islam, dianya lahir di negara amerika sana dan dikembangkan karena di amerika agama tersebut sudah tidak bisa diterima lagi, maka dengan segala daya dan upaya agama itu dicocok-cocokkan ketika mentok dengan adam dan hawa mulailah mereka menolak evolusi dan mencari cara untuk membuktikan evolusi adalah salah, untuk itu sebaiknya kita tau dulu apa itu evolusi, sebelum kita memfonis evolusi adalah biangnya atheist dan memfonis bahwa teori evolusi benar runtuh saat ini. untuk mengetahuinya kita bahas dulu apa itu evolusi.

Menurut wikipedia : Evolusi (dalam kajian biologi) berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam suatu populasi. Ketika organisme bereproduksi, keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat diperoleh dari perubahan gen akibat mutasi ataupun transfer gen antar populasi dan antar spesies. Pada spesies yang bereproduksi secara seksual, kombinasi gen yang baru juga dihasilkan oleh rekombinasi genetika, yang dapat meningkatkan variasi antara organisme. Evolusi terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum atau langka dalam suatu populasi.
 Itulah pengertian dari evolusi, mungkin dikarenakan pada zaman dahulu tidak mengenal istilah dari evolusi tapi istilah lain yang mirip pengertiannya dengan evolusi, sama seperti saya mengatakan bendera dan menurut teman saya yang diamerika flag dua kata yang berbeda tapi sebenarnya bermakna sama, sama seperti evolusi sejak zaman plato bahkan di buku-buku filsafat yunani kuno jauh sebelum kelahiran Yesus, evolusi sudah disinggung, tetapi istilah evolusi baru digunakan pada abad penelitian yang dilakukan oleh darwin, makanya beberapa creationis tidak mengetahui bahwa orang-oang sebelum darwin sudah mengemukakannya, dengan inti pembahasan yang sama dengan teori evolusi seperti saat sekarang ini yaitu Penciptaan secara bertahap. Sebelum darwin, evolusi sudah dikemukakan oleh beberapa ahli filsafat Yunani kuno, baru setelah itu diikuti oleh berbagai ilmuan-ilmuan muslim terkenal salah satunya Ibn Khaldun.
Ini sekedar mengingatkan sejarah islam bahwa islam tidak menolak evolusi
Abu Utsman Amr atau Al-Jahiz, seorang ilmuwan muslim abad 9, dalam Kitab Al-Hayawan (buku hewan) telah menjelaskan teori survival sebagai dasar dari mekanisme evolusi dan seleksi alam. Al-Jahiz berpendapat bahwa suatu species akan beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berbeda dan akhirnya melahirkan species baru. Species yang tidak dapat beradaptasi akan punah, dan yang beradaptasi akan sukses melanjutkan keturunanannya.
Al-Jahiz juga telah melakukan pembahasan mengenai rantai makanan dalam sebuah ekosistem.

Ibnu Miskawayh, seorang ilmuwan muslim di abad 10, bahkan menjelaskan teori evolusi dengan sangat mendetail dan mengkombinasikannya dengan metafisika sebagai sebuah siklus "Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Roojiun/ Sesungguhnya kita dari Allah dan kepada-Nya kita kembali". Dari Allah, bahwa mula-mula Allah menciptakan zat, kemudian zat itu berevolusi menjadi gas, gas berevolusi menjadi air, air berevolusi menjadi mineral, mineral berevolusi menjadi tumbuhan (Bisa di cek pada surat Nuh), tumbuhan berevolusi menjadi hewan, hewan berevolusi menjadi manusia, manusia berevolusi menjadi nabi, nabi berevolusi menjadi malaikat, dan malaikat akhirnya kembali kepada Allah.
Pandangan mengenai evolusi biologi yang berlanjut ke evolusi spiritual ini begitu populer di abad pertengahan, hingga kita bisa menemukannya pada syair-syair Jalaluddin Rumi yang hidup di abad 13, seperti berikut:
Aku mati sebagai mineral dan menjelma tumbuhan, Aku mati sebagai tumbuhan dan terlahir binatang, Aku mati sebagai binatang dan kini manusia. Kenapa aku mesti takut? Maut tak menyebabkanku berkurang! Namun sekali lagi aku harus mati sebagai manusia, Dan melambung bersama malaikat; dan bahkan setelah menjelma malaikat aku harus mati lagi; segalanya kecuali Tuhan, akan lenyap sama sekali.

Apabila telah kukorbankan jiwa malaikat ini, Aku akan menjelma sesuatu yang tak terpahami.
O,..biarlah diriku tak ada! sebab ketiadaan menyanyikan nada-nada suci, “Kepada-Nya kita akan kembali.”
 Ilmuwan muslim lainnya yang banyak membahas evolusi adalah Nasiruddin At-Tusi yang hidup di abad 13. Beliau menyatakan pendapatnya mengenai adaptasi makhluk hidup yang membuat setiap organ mereka menjadi fit dengan lingkungannya. Tusi mencontohkan mekanisme pertahanan pada beberapa hewan (tanduk, cakar, kecepatan bergerak) sebagai bukti bahwa mereka menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Tusi juga berpendapat bahwa makhluk hidup yang beradaptasi lebih cepat akan memiliki lebih banyak variasi species. Dan akhirnya akan memiliki keunggulan dibandingkan makhluk hidup lain yang lambat dalam beradaptasi.
Ilmuwan lainnya yang tersisa di akhir-akhir zaman keemasan Islam juga masih berbicara mengenai evolusi, seperti Ibnu Khaldun yang hidup di abad 14. Dalam kitab pembukaannya, Muqaddimah, Ibnu Khaldun menjelaskan teori evolusinya yang juga senada dengan teori-teori sebelumnya, berawal dari mineral yang berevolusi menjadi tumbuhan, kemudian hewan, dan manusia. Ibnu Khaldun menyebut secara eksplisit evolusi manusia dari makhluk yang lebih rendah yaitu sejenis kera (jadi yang mengatakan manusia berasal dari kera bukanlah darwin tapi ilmuan muslim masa lalu). 
Setelah kekalahan islam, barulah islam mulai menolak teori evolusi yang dibawa Darwin hanya karena Darwin mengatakan kehidupan muncul dengan sendirinya melalui kecelakaan atau kebetulan, padahal inti dari teori evolusi adalah perubahan suatu organisme secara bertahap.

Kembali pada para ilmua muslim pada zaman kejayaan islam, kita melihat adanya keanehan, jika Evolusi bertentangan dengan Al-Quran apakah tidak aneh kalau para ilmuan muslim tersebut masih beragama islam pada saat itu? Dan apakah tidak aneh kalau dia tidak dianggap sebagai penghina Nabi Adam? Kenapa hal itu bisa terjadi. Tidak lain penyebabnya pastilah ucapan mereka tidak bertentangan sama sekali dengan Ayat Al-Quran. Mari kita lihat apa yang dikatakan Al-Quran didalam surat Nuh:

Ada ...apa dengan kamu bahwa kamu tak mengharap kebesaran dari Allah? Dan sesungguhnya Ia telah menciptakan kamu dengan berbagai tingkatan. Apakah engkau tak melihat bagaimana Allah menciptakan tujuh langit sama? Dan di sana Ia membuat bulan sebagai cahaya, dan membuat matahari sebagai lampu. Dan Allah telah menumbuhkan kamu dari bumi sebagai tumbuh-tumbuhan (Dari asal kata Nabatun, berarti Tumbuh-tumbuhan) (Nuh Ayat 13-17)
Lihat kalimat yang mengatakan "Iatelah menciptakan kamu dengan berbagai tingkatan" Tak sangsi lagi bahwa ayat ini menerangkan evolusi manusia. Segala macam tanaman tumbuh dari bumi. dan tingkatan-tingkatan yang disebutkan dalam ayat 14 itu, mengisyaratkan proses perkembangan besar yang dialami oleh semua manusia hingga ia mencapai tingkatan jasmani yang sempurna seperti sekarang ini. Ingat juga diayat lain Allah menerangkan semua kehidupan bermula dari air.. kita ingat dari air lah mulai nya tumbuhan seperti lumut, dari lumut merubah bebatuan menjadi lapuk dan berubah menjadi tanah nah disanalah awal manusia dari proses evolusi tumbuhan tersebut menjadi binatang dan akhirnya manusia.


Al-Jahiz (1909), Kitab Al-Hayawan, Kairo, vol. I hal. 13; vol. VI hal. 133—34; vol VI hal 139; vol. VII 47, 80; vol. VII, hal. 47-48.

Muhammad Hamidullah and Afzal Iqbal (1993), The Emergence of Islam: Lectures on the Development of Islamic World-view, Intellectual Tradition and Polity, hal. 143-144. Islamic Research Institute, Islamabad.

Jalaluddin Rumi (2004), The Masnavi; Story:”The Vakil of The Prince of Bukhara”, Oxford University Press.

Farid Alakbari (2001), A 13-th Darwin? Tusi’s Views on Evolution. Azerbaijan International Magazine hal. 48.

Dan lain sebagainya banyak sumber.

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Entri Populer

Pengikut